Selasa, 01 November 2011

Aku Bangga Aku adalah seorang Guru

Menjadi seorang guru... inilah pilihanku ketika tamat di Sekolah Menengah Atas, awalnya aku sama sekali tidak membayangkan akan memilih di Fakulas Keguruan dengan jurusan matematika tapi karna fakor dorongan orang tua, akupun menuruti dengan ikhlas menjalaninya. Aku hanya berharap rhido Allah melalui rhido kedua orang tuaku, semoga inilah jalan yang terbaik untukku.
Awal perkuliahan semangatku naik turun karena memang didalam lubuk hatiku ada beberapa jurusan yang aku minati dan ingin sekali aku kuliah disana (belum 100% menginginkan kuliah menjadi guru), tapi pada suatu hari ketika mengikuti kuliah, ada seorang dosen yang sekilas bercerita mengenai betapa mulianya menjadi seorang guru, ilmu yang bermanfaat yang kita sampaikan untuk orang lain dapat menjadi amal jariyah buat kita. Betapa kehadiran seorang guru sangat berarti karena tanpa guru kita tidak bisa membaca, menulis, tidak tahu banyak hal, tidak bisa menjajaki perguruan tinggi seperti ini dan gurulah yang membuat kita bisa menjadi sekarang ini...
Astagfirullah betapa menyesalnya aku tidak bersemangat selama ini menjalani perkuliahan hanya karena ogah-ogahan menjadi seorang guru...
Akupun kembali bersemangat, waktu itu semester 3 aku mencari lowongan kerja sambilan sebagai guru les di bimbel. Alhamdulillah aku diterima disebuah bimbel TIARA, selain mengajar matematika disana aku diajarkan ilmu aritmatika Sempoa sehingga nantinya aku juga bisa jadi guru sempoa. Awal mengajar, aku hanya mempunya satu murid dan aku memperoleh honor Rp.20.000 pada bulan pertama tapi herannya aku tidak kecewa, aku bahagia kala itu bisa punya uang dengan keringat sendiri, aku bahagia bisa menyampaikan ilmu yang aku pelajari selama ini. Lama kelamaan muridku semakin banyak dan aku dipercaya menjadi tentor sempoa dikirim ke berbagai daerah, aku bahagia karena bisa melihat daerah-daerah yang belum pernah aku kunjungi, aku bersyukur ternyata kehadiranku membawa manfaat bagi orang banyak,. Alhamdulillah….
Tahun berganti tahun aku semakin mencintai profesiku sebagai guru les, semakin banyak siswa yang menyenangiku dan semakin banyak ilmu yang mereka peroleh dariku adalah suatu kepuasan dan kebanggaan bagiku. Beginikah menjadi guru? Bahagia ketika muridnya bisa memahami penjelasannya, kecewa pada diri sendiri ketika muridnya belum mampu memahami materi yang dia jelaskan… aku tak pernah beranggapan murid itu bodoh ketika dia sangat susah menerima pelajaran yang aku sampaikan. Aku beranggapan, akulah yang gagal dalam mengajar, aku harus mencari cara dan metode lain agar matematika itu menyenangkan bagi anak-anak didikku.
Semester akhir perkuliahan, aku mulai fokus pada skripsiku dan mulai mengurangi jadwal ngajar les di bimbel maupun privat, tapi pada suatu ketika aku membaca Koran disana ada tawaran menjadi guru kelas di sebuah SDIT, entah kenapa aku sangat tertarik. Akupun mencoba memasukkan berkas lamaran padahal waktu itu aku masih KKN dan lagi menyusun skripsi. Sebulan berlalu aku tak menyangka akhirnya aku dipanggil untuk mengikuti tes, melalui 3 tahapan tes dan Alhamdulillah akhirnya aku diterima menjadi guru dari 8 orang pelamar. Tak terkira betapa senangnya hatiku ini, tapi… semua tak semulus yang aku kira… banyak hal yang membuatku goyah dan berpikir untuk berhenti sebelum menandatangani kontrak 1 tahun.
Selama 3 bulan masa percobaan banyak hal yg terjadi, banyak hal yg kudapat, sekolah ini berbeda tak seperti sekolah-sekolah lainnya, sekolah ini adalah sekolah inklusi yakni menerima berbagai murid tanpa melalui tes, ada anak yang belum bisa baca, ada anak yang hiperaktif bahkan ada anak yang autis. Dari sinilah aku benar-benar diajarkan menghadapi berbagai karakter anak. Sekolah ini tidak hanya mementingkan akademisnya saja tapi sangat mementingkan perilaku dan sifat anak. Guru-guru yang ada diSekolah itu ramah-ramah, guru disana memang diajarkan berbagai hal dalam menangani berbagai tingkah laku anak, tak seperti di sekolah lain yang ku lihat beberapa gurunya pemarah kala mengajar, tapi disini tidak! Cara guru menegur, menyapa dan menyampaikan materi pun dilatih sedemikian rupa. Pembelajarannya tidak kaku ketika dikelas anak-anak boleh memilih pelajaran apa yang ingin mereka mulai, anak-anak tidak menggunakan seragam khusus, pembelajaran berlangsung di podok terbuka sehingga kami bisa melihat alam sekitar secara langsung. Guru dan murid bisa saja tidak melakukan pembelajaran dikelas tapi langsung kelapangan terbuka melihat tumbuhan-tumbuhan dan hewan-hewan yang ada disekitar kiata. Setiap pagipun di Sekolah itu tidak langsung belajar seperti di Sekolah lain melainkan ada yang namanya Morning Activity (kegiatan pagi), disana anak-anak bisa memilih mengerjakan 4 kegiatan yang mereka sukai terlebih dahulu, ada sholat dhuha, ngaji, fonik dan jurnal dimana anak-anak dapat meluapkan segala ekspresinya sebelum belajar di kelas (pondok atau bahasa dayaknya pasah).
Aku terhera-heran ketika awal masuk ngajar disana, bingung apa yang harus ku lakukan untuk pertama kali. Guru disana memang harus kreatif dan inovatif, aku sungguh kaku dibuatnya antara kagum terheran-heran dan bingung karena aku merasa belum cukup mampu menjadi guru sehebat guru-guru yang ada disana… Aku juga sering merasa keletihan setelah selesai mengajar karena banyak hal yang harus dilakukan guru kelas selain mengajar sehingga guru-guru disana memang jadwal pulangnya adalah jam 3 sore. Betapa letihnya aku menguras tenaga dan otak setiap harinya. Hal itulah mengapa kemudian aku ragu untuk melajutkan mengajar disana…
Disetiap sholat Aku selalu meminta petunjuk kepada ALLAH apakah memang aku mampu menjadi guru yang baik di sekolah sehebat itu, akhirnya beberapa minggu kemudian hatiku mulai tenang dan aku mulai menikmati setiap harinya. Ketika itu aku juga curhat dengan kepala sekolah tentang kekuranganku sebagai guru. Alhamdulillah pelan-pelan aku bisa menyesuaikan diri dan menuntut diriku sendiri menjadi guru yang kreatif, meningkatkan kualitas diri dan aku ingin tidak hanya akan menjadi seorang guru yang biasa saja tapi aku ingin menjadi guru yang LUAR BIASA!!. Aaamiin… Semoga kebersamaanku bersama siswa-siswi dan guru-guru SDIT SAHABAT ALAM berlangsung lama dengan penuh makna….

Fhoto ketika memanen kacang bersama Lia dan Aura siswi SDIT Sahabat Alam juga bersama Haekal salah satu siswa autis disana.