Selasa, 03 Januari 2012

Sesaat... butir-butir air itu berguguran...

Sore itu seperti biasa, aku dan sahabatku pergi ke salah satu panti asuhan di kota yang terkenal dengan julukan kota cantik itu. Menyisihkan honor yang tak seberapa ala kadarnya berharap dapat memberi manfaat walau sedikit saja.

Aku yang baru ditinggalkan ibuku 40 hari berlalu masih terasa sesak ketika rindu menatap fhotonya, rindu ingin bertemu, mencoba mencari ketenangan disela-sela waktu, berdoa disetiap penghujung sholat untuk menepiskan rasa rindu yang kadang susah untuk membendungnya…

Kembali ke suasana panti itu, di ruang tamu tampak rame anak-anak panti berhamburan duduk di pojok-pojok dinding menikmati jagung rebus yang mereka pegang masing-masing di tangan kanannya, ada yang serius menikmati biji demi biji jagung kuning itu, ada juga yang sambil bercanda, ngobrol, bahkan berlarian dengan masih memegang erat jagung itu ditangannya. “ahhh anak-anak” gerutu hatiku.

“Assalamualaikum… “ kami serentak memberi salam.

“wa’alaikumsalam” jawab ustad. “mau ada acara ya stad?” Tanya sahabatku pada ustad yang lagi duduk di ruang tamu itu setelah menerima tamu lain yang sekarang berpamitan ketika melihat kedatangan kami.

“ga ada acara nak, memang beginilah mereka seperti biasanya” jawab ustad dengan nada datar. Aku hanya diam dan tersenyum. Seperti biasa aku akan berubah menjadi cewek pendiam ketika berada di zona yang bukan zona milikku.

“ada anak baru ya stad?” sobatku bertanya lagi, ketika itu kami memang lagi melihat seorang ibu berbicara dengan logat daerahnya pada salah satu ustad muda disana. Dia izin pamit dan meninggalkan dua orang anak laki-laki yang umurnya kira-kira 8 dan 9 tahunan.

“ohh iya ada 2 anak baru, mereka sudah kehilangan kedua orang tuanya. Dan mereka baru saja jadi mualaf ketika masuk sini.”

Semua diam sejenak… “ohh” batinku. Banyak hal sebenarnya yang ingin ku tanyakan lagi tentang kedua anak itu, tapi seperti biasa lidahku kaku, aku hanya diam membisu.


“ini pak ada sedikit buat anak-anak disini. Semoga bermanfaat” tutur sahabatku lagi.

“Alhamdulillah…. Terimakasih yaa nak” jawab ustad yang kemudian diiringi gerakan menengadahkan kedua tangannya sambil berdoa. Aku, sahabatku, dan beberapa anak kecil yang duduk di lantai dengan masih memegang jagung itu ikutan menengadahkan tangan mengAMINkan doa ustad.

Setelah berdoa, ada salah satu anak kecil mendekati kami mengulurkan tangannya ingin salim.
“ya Allah pintarnya kamu de” lagi-lagi aku bicara dalam hati setelah dia selesai mencium tanganku. Kami pun berpamitan dengan ustad dengan mengucapkan salam.

Kedua mataku masih penasaran dengan kedua anak baru itu, melirik mereka sudah masuk rumah dengan membawa tas ransel tampak merasa bingung dan canggung ketika ustad muda itu mengajaknya masuk.

Kaki ini pun sudah beranjak keluar pintu rumah panti asuhan itu dengan diiringi langkah sahabat dibelakangku. Entah kenapa dadaku terasa sesak… butir-butir air itu jatuh berguguran dari mataku, aku sesegukan.

“kenapa len?” Tanya sahabatku. Aku diam dan cepat-cepat menghapus semua air yang membasahi pipi dengan jilbab biruku.
Sobatku paling mengerti aku, aku tau dia pasti melihat gerak-gerikku meski aku menyembunyikannya. Dia tidak meneruskan pertanyaannya dan kami pergi meninggalkan tempat itu.

Dengan cepat, aku membawa kendaraanku, menutup kaca helem dan… aku tak bisa membendungnya… butir-butir airmataku…. jatuh lagi…

“Ya Allah Ya Rabbi… aku tak bisa membayangkan ditinggalkan kedua orang tuaku bila aku masih sekecil kedua anak itu.”

“Ya Allah Ya Rahman maafkan aku bila sering terbesit rasa iri dan ketidakbersyukuran atas nikmat yang Engkau berikan kepadaku… Engkau hanya mengambil Ibuku, Engkau masih menitipkan Ayah dan ketiga saudara-saudara yang sangat perhatian kepadaku…”

“Ya Allah maafkan aku… aku malu.. malu pada dua anak itu. Sungguh aku tak bisa membayangkan akan betapa sedihnya aku bila menjadi mereka… akan melalui hari-hari disana, beranjak dewasa disana dipanti asuhan itu tanpa kedua orang tua yang sangat ku cintai”.

Aku teringat ketika ibu masih hidup, kala itu aku pernah bilang pada ibu salah satu mimpiku adalah ingin membuat panti asuhan entah bagaimana nanti jalannya aku juga tidak tahu. Tapi nyatanya sekarang aku diuji untuk sabar manjadi anak piatu.

Salam rindu buat ibu, segala doa, sedekah, semua kuniatkan untukmu atas nama Allah... Seperti Delisa pernah bicara pada Umminya dalam Film.

Tanpa mengharap sebatang cokelat, aku pun ingin bilang “Aku cinta Ummi karena Allah”.  

Senin, 2 Januari 2011

Rabu, 21 Desember 2011

lirik favorite ku ^_^

~Ipang Sahabat Kecil~


baru saja berakhir
hujan di sore ini
menyisakan keajaiban
kilauan indahnya pelangi

tak pernah terlewatkan
dan tetap mengaguminya
kesempatan seperti ini
tak akan bisa dibeli

bersamamu kuhabiskan waktu
senang bisa mengenal dirimu
rasanya semuanya begitu sempurna
sayang untuk mengakhirinya.

Senin, 19 Desember 2011

Desemberku...

Awan kelabu...
Langit menghitam...
butir-butir air berjatuhan dari langitNya...

Desemberku..
sepi bersemayam...
airmata jatuh tak tertahankan...

Desemberku... Hujan...
Desemberku... dia menghilang...
orang yang kusayang...

Tuhan... Izinkan aku meninggalkan Desember tahun ini dengan penuh kenangan..
Menyambut Tahun depan dengan keceriaan dan senyuman...

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan ksanggupannya..."
(QS. Al-Baqarah : 286)

"Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan"
(QS. Al-Insyirah : 5)

"Bersabarlah dan kuatkanlah kesabaranmu..."
(QS. Ali Imran : 200)

"Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar"
(QS. Al-Baqarah : 153)

"Maka nikmat Rabb engkau manakah yang engkau dustakan?"
(QS. Ar-Rahman : 55)

Kamis, 01 Desember 2011

she is my angel

Aku suka menggandeng tangannya ketika kami jalan berdua, aku suka mencium pundaknya bermanja-manja ketika dia sedang duduk sambil melipat pakaian. Dia yang paling mengerti hobiku ketika akan menghadapi ujian belajar semalam suntuk menyediakan berbagai cemilan yang aku suka, dia yang menangis ketika melihat aku kesakitan menahan maag yang kambuh, sibuk merawat bahkan aku sering merepotkannya walau dia lelah sekalipun tak pernah jenuh dan bosan menjagaku. Dia yang selalu menanyakan kegiatanku sehari-hari dan dialah orang yang senantiasa setia mendengarkan curhatanku panjang lebar meski dia saat itu merasa lelah dan mengantuk, dia yang suka memasakan masakan yang lezat buatku, menasehati kala aku boros dan berbuat sesuatu yang tidak disukainya.

Masih teringat, ketika aku duduk di sekolah dasar, dia menggendongku dari sekolah sampai kerumah dengan jalan kaki karena aku sakit. Betapa besar kasih sayangnya untukku, dia yang selalu berusaha memberikan apa yang aku inginkan, menabung hari demi hari demi barang yang aku ingin… maafkan aku…. Maafkan aku mama…. Betapa kasih sayangmu seluas samudra tak mampu aku membalasnya…

Mama…

23 november 2011/27 dzulhijah 1432 H telah meninggalkan kami semua yang ada di dunia ini. Mama yang mengajarkan ku banyak hal… Mama yang selalu berlimpahkan kasih sayang untuk anak-anaknya, Mama yang menjadi sandaran ketika aku sakit dan sedih. Mama…. Sayangku Cintaku untukmu selalu… Mama… Kini hanya Doa yang bisa kuberikan mengiringi kepergianmu, hanya Doa yang bisa kuberikan sebagai baktiku padamu… tak bisa aku menahan tangis ketika kau pergi meninggalkanku, tapi aku akan menahan tangisku ketika abah ada disampingku… Mama… aku berjanji tidak akan membuat abah sedih karena airmataku, aku akan berusaha mewujudkan keinginanmu terhadapku diwaktu itu.

Mama… Semoga kita bisa bertemu lagi disana… disurgaNya yang paling indah…. Aamiin…

Selasa, 01 November 2011

Aku Bangga Aku adalah seorang Guru

Menjadi seorang guru... inilah pilihanku ketika tamat di Sekolah Menengah Atas, awalnya aku sama sekali tidak membayangkan akan memilih di Fakulas Keguruan dengan jurusan matematika tapi karna fakor dorongan orang tua, akupun menuruti dengan ikhlas menjalaninya. Aku hanya berharap rhido Allah melalui rhido kedua orang tuaku, semoga inilah jalan yang terbaik untukku.
Awal perkuliahan semangatku naik turun karena memang didalam lubuk hatiku ada beberapa jurusan yang aku minati dan ingin sekali aku kuliah disana (belum 100% menginginkan kuliah menjadi guru), tapi pada suatu hari ketika mengikuti kuliah, ada seorang dosen yang sekilas bercerita mengenai betapa mulianya menjadi seorang guru, ilmu yang bermanfaat yang kita sampaikan untuk orang lain dapat menjadi amal jariyah buat kita. Betapa kehadiran seorang guru sangat berarti karena tanpa guru kita tidak bisa membaca, menulis, tidak tahu banyak hal, tidak bisa menjajaki perguruan tinggi seperti ini dan gurulah yang membuat kita bisa menjadi sekarang ini...
Astagfirullah betapa menyesalnya aku tidak bersemangat selama ini menjalani perkuliahan hanya karena ogah-ogahan menjadi seorang guru...
Akupun kembali bersemangat, waktu itu semester 3 aku mencari lowongan kerja sambilan sebagai guru les di bimbel. Alhamdulillah aku diterima disebuah bimbel TIARA, selain mengajar matematika disana aku diajarkan ilmu aritmatika Sempoa sehingga nantinya aku juga bisa jadi guru sempoa. Awal mengajar, aku hanya mempunya satu murid dan aku memperoleh honor Rp.20.000 pada bulan pertama tapi herannya aku tidak kecewa, aku bahagia kala itu bisa punya uang dengan keringat sendiri, aku bahagia bisa menyampaikan ilmu yang aku pelajari selama ini. Lama kelamaan muridku semakin banyak dan aku dipercaya menjadi tentor sempoa dikirim ke berbagai daerah, aku bahagia karena bisa melihat daerah-daerah yang belum pernah aku kunjungi, aku bersyukur ternyata kehadiranku membawa manfaat bagi orang banyak,. Alhamdulillah….
Tahun berganti tahun aku semakin mencintai profesiku sebagai guru les, semakin banyak siswa yang menyenangiku dan semakin banyak ilmu yang mereka peroleh dariku adalah suatu kepuasan dan kebanggaan bagiku. Beginikah menjadi guru? Bahagia ketika muridnya bisa memahami penjelasannya, kecewa pada diri sendiri ketika muridnya belum mampu memahami materi yang dia jelaskan… aku tak pernah beranggapan murid itu bodoh ketika dia sangat susah menerima pelajaran yang aku sampaikan. Aku beranggapan, akulah yang gagal dalam mengajar, aku harus mencari cara dan metode lain agar matematika itu menyenangkan bagi anak-anak didikku.
Semester akhir perkuliahan, aku mulai fokus pada skripsiku dan mulai mengurangi jadwal ngajar les di bimbel maupun privat, tapi pada suatu ketika aku membaca Koran disana ada tawaran menjadi guru kelas di sebuah SDIT, entah kenapa aku sangat tertarik. Akupun mencoba memasukkan berkas lamaran padahal waktu itu aku masih KKN dan lagi menyusun skripsi. Sebulan berlalu aku tak menyangka akhirnya aku dipanggil untuk mengikuti tes, melalui 3 tahapan tes dan Alhamdulillah akhirnya aku diterima menjadi guru dari 8 orang pelamar. Tak terkira betapa senangnya hatiku ini, tapi… semua tak semulus yang aku kira… banyak hal yang membuatku goyah dan berpikir untuk berhenti sebelum menandatangani kontrak 1 tahun.
Selama 3 bulan masa percobaan banyak hal yg terjadi, banyak hal yg kudapat, sekolah ini berbeda tak seperti sekolah-sekolah lainnya, sekolah ini adalah sekolah inklusi yakni menerima berbagai murid tanpa melalui tes, ada anak yang belum bisa baca, ada anak yang hiperaktif bahkan ada anak yang autis. Dari sinilah aku benar-benar diajarkan menghadapi berbagai karakter anak. Sekolah ini tidak hanya mementingkan akademisnya saja tapi sangat mementingkan perilaku dan sifat anak. Guru-guru yang ada diSekolah itu ramah-ramah, guru disana memang diajarkan berbagai hal dalam menangani berbagai tingkah laku anak, tak seperti di sekolah lain yang ku lihat beberapa gurunya pemarah kala mengajar, tapi disini tidak! Cara guru menegur, menyapa dan menyampaikan materi pun dilatih sedemikian rupa. Pembelajarannya tidak kaku ketika dikelas anak-anak boleh memilih pelajaran apa yang ingin mereka mulai, anak-anak tidak menggunakan seragam khusus, pembelajaran berlangsung di podok terbuka sehingga kami bisa melihat alam sekitar secara langsung. Guru dan murid bisa saja tidak melakukan pembelajaran dikelas tapi langsung kelapangan terbuka melihat tumbuhan-tumbuhan dan hewan-hewan yang ada disekitar kiata. Setiap pagipun di Sekolah itu tidak langsung belajar seperti di Sekolah lain melainkan ada yang namanya Morning Activity (kegiatan pagi), disana anak-anak bisa memilih mengerjakan 4 kegiatan yang mereka sukai terlebih dahulu, ada sholat dhuha, ngaji, fonik dan jurnal dimana anak-anak dapat meluapkan segala ekspresinya sebelum belajar di kelas (pondok atau bahasa dayaknya pasah).
Aku terhera-heran ketika awal masuk ngajar disana, bingung apa yang harus ku lakukan untuk pertama kali. Guru disana memang harus kreatif dan inovatif, aku sungguh kaku dibuatnya antara kagum terheran-heran dan bingung karena aku merasa belum cukup mampu menjadi guru sehebat guru-guru yang ada disana… Aku juga sering merasa keletihan setelah selesai mengajar karena banyak hal yang harus dilakukan guru kelas selain mengajar sehingga guru-guru disana memang jadwal pulangnya adalah jam 3 sore. Betapa letihnya aku menguras tenaga dan otak setiap harinya. Hal itulah mengapa kemudian aku ragu untuk melajutkan mengajar disana…
Disetiap sholat Aku selalu meminta petunjuk kepada ALLAH apakah memang aku mampu menjadi guru yang baik di sekolah sehebat itu, akhirnya beberapa minggu kemudian hatiku mulai tenang dan aku mulai menikmati setiap harinya. Ketika itu aku juga curhat dengan kepala sekolah tentang kekuranganku sebagai guru. Alhamdulillah pelan-pelan aku bisa menyesuaikan diri dan menuntut diriku sendiri menjadi guru yang kreatif, meningkatkan kualitas diri dan aku ingin tidak hanya akan menjadi seorang guru yang biasa saja tapi aku ingin menjadi guru yang LUAR BIASA!!. Aaamiin… Semoga kebersamaanku bersama siswa-siswi dan guru-guru SDIT SAHABAT ALAM berlangsung lama dengan penuh makna….

Fhoto ketika memanen kacang bersama Lia dan Aura siswi SDIT Sahabat Alam juga bersama Haekal salah satu siswa autis disana.